Jumat, 11 April 2014

Begini Rasanya

Kata mbak Asma, karakterku sebagai Lilis si gadis laba-laba berkerudung keluar kalo nulisnya ber-aku-kamu. Jadi, gue, eh aku mau nulis pake gue-aku-kamu. Semoga kalian gak suka :3 Haha.

--

Kemarin gue baru aja ngirim dua buah surat kaleng, yang pertama untuk dia dan yang kedua untuk sahabat-sahabatku. Surat kaleng dalam imajinasi, bukan dalam kenyataan. "Loh terus kenapa namanya surat kaleng kalo sama-sama dipublish di blog?  Itu namanya bukan surat kaleng, broh." Soalnya biar keren. Kalo gue pake nama "surat tagihan" ato "surat perceraian" itu masih bisa disebut keren gak? Keren,miaaaaaaaaaaakmu kuwi -_-


Oh ya, dua surat kalengku udah dapat balasan, loh. Membaca balasan Surat Kaleng Untuk Sahabat, gue bisa senyum-senyum sendiri merasakan setiap kalimatnya yang menurutku lumayan bikin otakku bekerja keras, soalnya rada mulek, sih. Kalo ada pendeteksi senyum, jenis senyumku saat itu adalah senyum-senyum asem kecut. Haha maafkan aku, aku keceplosannnnn.

Terus ya, kemarin gue juga baru baca balasan Surat Cinta Untuk Kamu. Bukan, bukan dia yang balas. Tapi seseorang lain, yang ternyata juga "ada hati" buat dia.

--

Kediri, pagi hari. Terbangun cantik di tengah ranjang. Belum mandi dan masih bau kecut.


Kamu tau kenapa air mataku meleleh saat mengeja huruf per huruf, kata per kata, kalimat per kalimat, di buku SPM Bahasa Indonesia pinjaman perpustakaan kita? Kamu tau kenapa kemudian aku memilih untuk menangis setelah membaca tulisan tangan yang jeleknya melebihi tulisan ceker ayamku 11 tahun lalu?

Ketahuilah saat itu aku benar-benar merasa sesak, sesak karena mengetahui kenyataan yang sebenarnya aku tidak ingin menganggap itu sebagai kenyataan. Aku ingin menganggap tulisan kemarin adalah tulisan yang kubaca ketika aku terlelap kemudian hanyut ke dalam mimpi, mimpi paling buruk.

Tapi, sekuat apapun aku menganggap tulisan itu tidak pernah ada dalam dunia nyata kita, justru hasil berbanding terbalik-lah yang aku terima. Seperti analisamu dan Dika-sahabat kita, ketika Dika menganalisis apakah aku suka kepadanya. Aku jawab A dan kalian akan membaliknya menjadi B.

"Mi, kamu suka sama *tiiiit*?"
"Enggak."
"Haha, berarti Mami suka sama *tiiiiit*, kan kalo bilang enggak berarti IYA. Iya suka."
"............ -____-"


Kemudian, kamu dan Dika tertawa. Aku merasa kotor karena gagal menyembunyikan rasa "itu". Rasaku kepadanya. Aku memang perempuan yang tidak pandai menyembunyikan perasaannya. Tidak seperti kamu. Aku bukan perempuan yang tahan seharian tidak stalking timeline twitter-nya, sekedar membaca tweet-tweet-nya yang kuanggap ditujukan kepadaku. Ya, aku berbeda denganmu. Kamu pandai menyembunyikan semuanya :') Perasaanmu kepadanya.

Beruntung, kemarin kamu membalas suratku di ladangmu, ladang yang kita buat bersama-sama, dulu. Beruntung, aku mengetahui kenyataan ini beberapa hari setelah menulis surat untuk dia. Beruntung, aku tidak terlalu panjang berkicau di depanmu, menanyakan apakah dia punya rasa yang sama sepertiku, yang akhirnya kujawab sendiri dengan jawaban "Dia pasti juga suka sama aku. Haha." Kamu tau kan, PD-ku ini memang sudah mencapai stadium akut?

Kamu tau, bagaimana remuk-redamnya hati seorang perempuan mengetahui sahabatnya sendiri menyukai seorang yang sama? Kamu tau, luka membiru-nya hati seorang perempuan mengetahui selama ini sudah menyiksa batin sahabatnya sendiri? Sahabat yang sudah seperti pinang dibelah dua. Bukan, aku terluka bukan karena mengetahui "ternyata aku punya saingan". Bukan karena itu.

Adalah wajar ketika kamu juga jatuh hati kepadanya. Aku mengerti, sangat mengerti. Kita sama-sama manusia, sama-sama wanita yang bisa jatuh hati kepada siapa saja.

Hanya saja aku akan merasa menjadi sahabat paling hina, sahabat paling tidak tahu diri, jika masih menyimpan rasa "ini" untuknya. Untuk laki-laki yang notabenya adalah sahabat kita. Laki-laki yang tidak istimewa, tapi membuat kita sama-sama jatuh cinta. Laki-laki yang bukunya enggan kita kembalikan. Laki-laki yang hanya mencium aroma parfum-nya saja, kita tau bahwa itu dia.

Maaf. Hanya kata ini yang mampu aku ucapkan saat ini selain air mata. Maaf karena aku menjadi sahabat yang tidak peka. Maaf karena menyukai orang yang sama denganmu. Maaf karena baru mengetahui kenyataan ini. Maaf terlambat memahami perasaanmu. Maaf kamu harus menjelaskannya lewat tulisan terang-terangan, karena aku yang tidak cukup peka membaca isi hatimu.

Semoga kata maaf ini mampu menjadi pengering luka hatimu karenaku, pembalut luka yang aku sayatkan di hatimu, pemadam api biru karena cemburu, penetral kepahitan kata-kataku. Maaf :')

Perempuan yang akan tetap menjadi sahabatmu apapun yang terjadi.

8 komentar:

  1. Kejadian ini juga berlangsung sama dua sahabat perempuan gue. Tadinya mau kasih bacaan ini ke mereka, tapi gue urungin deh nanti keduanya malah merasa bersalah :|

    agak bingung sama kata di awal - awalnya, tapi setelah baca sampe akhir. gue baru ngerasain feel dari ceritanya. gue gak minta permen kaki, tapi minta tisu boleh? :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. bacain aja bacain haha
      tisu? ini ada. sini aku lap-in sekian :"

      Hapus
  2. Betapa susahnya jadi cewek kalo dua sahabat menyukai cowok yang sama. Kalo cowok, aduh, kayak gini mah buat sebagian cowok bisa dijadiin saingan. -_-

    BalasHapus
  3. Dua perempuan untuk satu lelaki..
    dan akhirnya harus ada yang mengalah salah satunya..
    perempuan emang lebih bisaa menyimpan rasa serta luka bersamaan :')

    BalasHapus
  4. yaaah semoga gara-gara masalah 2 perempuan dan 1 laki-laki ini, gak membuat persahabatan kalian merenggang yah :)

    BalasHapus

Komentar adalah caraku untuk mengendus jejakmu *halah*. Hayo, komentar biar gue bisa ngendus jejakmu! Haha :D