Selasa, 16 Desember 2014

Sungguh?

Tidak ada yang salah, ketika kita mencoba membuka hati, membiarkan sayap kita mengembang terbang menjelajah, lalu kita jatuh hati dengan orang yang kita anggap salah. Tidak ada yang salah, jatuh hati adalah masalah hati ke hati. Hanya saja, mungkin waktu belum berkehendak mengetuk palu untuk mempersatukan dua sejoli ini. Bersabarlah. Atau jika tidak bisa maka kepakkan sayapmu dan bebaskan.

Memang sakit ketika kita tiba-tiba jatuh, lalu dengan cepat terperosok semakin dalam, tapi kemudian kita tidak tahu bagaimana cara untuk naik ke atas lubang. Memang sakit ketika kita harus berjuang sendirian mempertahankan atau bahkan mematikan benih-benih yang mulai tumbuh subur. Memang sakit ketika kita harus menutup mata ketika sosoknya tiba-tiba berjalan lantang melewatimu, kemudian tiba-tiba mengarahkan pandangan ke arahmu. Memang sakit ketika kita harus berpura-pura tuli ketika dia mulai berbicara. Menyapamu dengan segala pesona. Sakit! Bahkan suaranya saja bisa tiba-tiba menggusar pertahanan hati yang sedemikian rupa sudah susah payah kita bangun.

Seringkali memutuskan untuk mendekap atau membebaskan rasa yang sudah ada, terasa begitu sulit. Bukankah setiap manusia memiliki hak yang sama untuk mendekap, tetap membiarkan rasa itu tumbuh subur sampai berbuah, entah itu manis atau pahit. Juga manusia punya hak yang sama untuk memutuskan naik ke atas lubang, kemudian mengubur dalam-dalam rasa yang mulai berkembang, lantas menginjak-injaknya sampai rasa itu rata dengan tanah. 

Shhhhh.. Rasanya aku sudah cukup membesar-besarkan masalah kecil ini. Seharusnya sebelum memutuskan untuk merawat atau mematikan rasa itu, aku harus tahu. Aku jatuh hati karena apa? Jenuh? Bosan berjalan sendirian? Sepi sampai terasa seperti di ruang hampa? Atau aku memang sungguh-sungguh jatuh cinta? Rasanya aku harus kembali memikirkan, apa alasanku jatuh cinta!

Halloooooow, say hai setelah lama berhibernasi :D