Aku kembali menatap langit biru dengan saputan awan. Mentari tersenyum,
gagah bertengger. Sudah satu jam aku menunggu di sini. Petugas kebersihan sibuk
mengayunkan gagang sapu sumber rejekinya. Jalanan mulai ramai lalu lalang
kendaraan. Debu beterbangan. Klakson kendaraan memekakkan telinga. Tapi aku
kesepian.
Tiba-tiba aku teringat sesuatu, “Oh Tuhan, aku lupa.” Dan aku berlari,
cepat menelusuri jalanan rumahku.
“Dimana kamu? Kenapa aku jadi pelupa begini? Tidak. Jangan-jangan? Ah,
tidak mungkin.”