Namaku Elisa. Aku tinggal disebuah desa yang sederhana,
terpencil dan jauh dari kota tapi aku bangga ada disini. Tinggal bersama kedua
orang tua yang merawatku dengan cintanya. Bercanda dengan saudara-saudara yang
bibirnya membentuk sebuah senyuman nan bahagia.
Setiap hari penduduk disini pergi ke ladang, kebun
ataupun hutan. Tak ada pegawai negeri disini, dokter ataupun pengusaha. Kami
hidup dari jerih payah memelihara tanah. Kami tanami tanah ini dengan berbagai
tanaman. Pohon tinggi menjulang berbuah seukuran kepala, kelapa. Ya, tanah kami
rumah kami dikelilingi dengan pohon ini. Pohon cengkih, kopi bersama-sama hidup
dengan kami. Membentuk sebuah simbiosis mutualisme, saling menguntungkan.
Disini sepi tak ada televisi, mp3 ataupun konser musik.
Mungkin karena itu beberapa penduduk disini pergi, merantau ke kota ataupun
luar Indonesia. Tapi tidak dengan keluarga besarku, kami tak pernah merasa
sepi. Kami ciptakan musik sendiri dari kehidupan yang kami jalani. Kami merasa
riuh ditengah keheningan ini.
Aku anak terakhir dari 4 bersaudara. Anak bungsu yang
lucu. Kakak tertuaku telah menemukan tambatan hatinya. Dia kakak yang baik. Aku
dirawatnya ketika sakit. Selalu kutampakkan jejeran gigi-gigiku ketika
bersamanya. Aku tak ingat kapan dia menikah, yang ku ingat suatu hari ketika
aku pakai baju merah. Terengah-engah lari dengan kakak perempuan yang ketiga.
Nafas kami memburu tapi tidak dengan kaki kami. Ia terus berlari melewati jalan
tanpa aspal, berbatu dan akhirnya kami sampai dipuncak, di sebuah rumah
sederhana.
Bibir kami kelu, terkunci. Muka kami kuyu, tak lagi
terlihat lucu. Kakak sulungku dipanggil Tuhan. Disini, ditanah kelahirannya.
Aku tak tau karena apa. Yang kami ingat dia amat menyayangi kami. Lelah berlari
pandangan kami gelap, tertidur disini.
Setelah kejadian itu keluargaku kembali bahagia, rukun
dan ceria. Kami tahu Allah sudah tentukan hidup mati seseorang. Aku ingat saat
itu kerekatan dan kehangatan keluarga semakin merajalela.
Lilis Rusmia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar adalah caraku untuk mengendus jejakmu *halah*. Hayo, komentar biar gue bisa ngendus jejakmu! Haha :D