Dentingan lagu Afgan – Jodoh Pasti Bertemu mengalun lembut di kamarku yang tidak terlalu besar. Aku duduk di karpet hitam yang melapisi lantai kamar. Jam digital di pojok desktop notebook pinkku menunjukkan pukul 23.08. Sepasang mataku masih terjaga. Baru saja kuucapkkan “Selamat malam, have a nice dream.” untuk seseorang yang terpisah jarak dan ruang dariku. Dia bukan siapa-siapaku, tapi dia spesial untukku. Paling tidak sampai saat ini dia masih tetap spesial seperti kemarin, entah beberapa jam lagi, entah besok, entah minggu depan, entah bulan depan, entah tahun depan, aku tidak tahu.
Ah ya, malam ini aku tak kunjung menemui sang mimpi karena masih tergila-gila dengan buku baruku—Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah karangan Tere Liye. Membuatku terhipnotis untuk terus membelai lembaran demi lembarannya. Menggerakkan bola mataku untuk terus mengeja rangkaian kata yang terketik rapi di setiap halamannya. Kemudian, mencium aroma khasnya perlahan, pelan-pelan.
Ah, aku benar-benar sudah menyematkan seluruh perhatianku pada buku ini, sampai tak memperhatikan bahwa langit sudah hitam kelam, sudah larut malam, dan sudah waktunya menjemput sang mimpi yang sudah sibuk menggerutu. Tapi tetap saja aku enggan membaringkan tubuhku.
“Cinta sejati selalu menemukan jalan, Borno. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Tidak usahlah kau gulana, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Kebetulan yang menakjubkan...” – Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Percakapan Borno dan Pak Tua itu mengingatkanku pada temanku. Yang katanya sebentar lagi akan ditinggal pergi kekasih atau siapanyalah itu. Yang kemarin-kemarin ketika kutemui sedang bermuka kusut, mirip kertas kucel bungkus cabe di pasar.
Mungkin risau, karena sebentar lagi berpisah. Mungkin takut, jika beberapa tahun lagi ketika mereka bertemu, mereka sudah tak saling cinta lagi, atau yang lebih parah, salah satu dari mereka menemukan tambatan hati yang baru. Who knows? Besok adalah misteri. Kita hanya bisa menebak-nebak. Tapi, seperti kata Pak Tua, cinta sejati selalu menemukan jalan. Percaya, kan?
Cinta bukan kalimat gombal, cinta adalah komitmen tidak terbatas, untuk saling mendukung, untuk selalu ada, baik senang maupun duka. – Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Jika memang cinta, setialah menunggu dalam balutan rindu sampai waktu berkata, “Ya, kalian sudah pantas bersama.” Cinta adalah perbuatan. Bukankah menunggu itu perbuatan? Pembuktian bahwa kalian memang saling cinta? Haha. Sok tau sekali aku ini. I know, it’s not easy. But hey, life must go on. Berdoa saja, jika memang jodoh Tuhan pasti sudah menyiapkan jalan, jika tidak ada jalan, itu berarti dia bukan jodohmu. Sederhana saja.
“Dunia ini terus berputar. Perasaan bertunas, tumbuh mengakar, bahkan berkembang biak di tempat yang paling mustahil dan tidak masuk akal sekalipun. Perasaan-perasaan kadang dipaksa tumbuh di waktu dan orang yang salah.” – Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Seperti aku dan dia. Kita sama-sama jatuh cinta—di waktu yang tidak tepat. Sementara kita sama-sama tidak kuasa menghindar untuk tidak jatuh cinta. Mungkin, ada pihak yang tersakiti. Mungkin ada banyak orang. Ada yang diam-diam membicarakan lukanya di belakang, ada juga yang tidak tahan, kelimpungan, dan akhirnya diungkap juga di depan umum. Tapi, seperti kata Fahd Djibran dalam bukunya—Perjalanan Rasa, “...Tentu saja ada beberapa orang yang tidak menyukai percakapan ini, kebersamaan dan keakraban kita, tetapi kita tak perlu terus-menerus peduli pada perasaan dan pikiran orang lain, kan?”
Aku dan dia bukan pemuja status ‘aku milikmu dan kamu milikku’. Bukan sepasang remaja yang ketika jatuh cinta kemudian tergesa-gesa mengikat satu sama lain. Bukan pula pemuja teori ‘perasaan manusia itu konstan. Tidak berubah’. Kita sama-sama sadar, “Perjalanan kita masih panjang. Selama belum ada ikatan kita bisa saja jatuh cinta pada orang lain. Semua itu mungkin saja terjadi. Tapi, jika bisa jangan melakukan itu, ya?”
Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Menunggu sang waktu. Cinta sejati selalu menemukan jalan.
Maaf, mencuri waktumu untuk membaca cerita menye-menyeku ini :p
Kayaknya pengalaman pribadi, nih hahaha. paling suka kalimat yang "....Perasaan bertunas, tumbuh mengakar, bahkan berkembang biak di tempat yang paling mustahil dan tidak masuk akal sekalipun....."
BalasHapusiya :D
Hapusitu quote dari buku Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah :D
kisah cinta LDR ya?
BalasHapussemoga bisa lanjut terus tanpa terganggu sama "jatuh cinta pada orang lain"
eh bisa jadi :D
HapusDitunggu episot berikutnya. hehe
BalasHapusgak ada lanjutannya, mik -_-
Hapusgausah ditungguin -_-
cinta itu terkadang aneh ya..
BalasHapushihiw iya :D
HapusSusah nyari cinta sejati
BalasHapusiya susah :'
HapusFiksinya keren abesss, diksinya bikin mata melotot pingin liat terus! Keren... Keren...
BalasHapusEniwei, ini cerita kisah cinta yang mau LDR-an gitu ya? Tenang , cinta sejati memang banyak lika-liku untuk mendapatkannya. Tapi, kalau emang jodoh pasti dipertemukan kembali.
Oh iya, ini sebenernya fiksi atau kisah nyata ya? kayaknya pengalaman pribadi penulis sih ini... *kabur
hihiw makasih rifqi, hati-hati bola matanya yaaa :p
Hapusiya setuju :)
ini bukan aku labeli fiksi emangan :D emang kisah nyata
Pasti ini pengalaman pribadi ya ? HAHAHA
BalasHapusiya emang :D
HapusSaya sejutu kalau cinta itu bukan kata gombal, tetapi sebuah komitmen.
BalasHapusyey mbak :))
HapusOh lagi baca buku Tere Liye?
BalasHapusAku sih baru baca satu buku. Yang judulnya: "Ayahku Bukan Pembohong"
iya, bagus looo :D
Hapusjadi kita harus menunggu sampai cinta sejati itu datang atau gimna nih..
BalasHapusmenunggu sampai sang waktu mempertemukan, tapi ya tetep usaha buat nemuin cinta sejati itu dong, bang. *bijak
Hapushebat nih penulisannya terlalu detail sampai-sampai ceritanya jadi keren..
BalasHapusmakasih, Ali :)))
HapusJodoh dan cinta sejati itu nggak bisa ketebak emang. Kadang harus nyari dulu sampai keujung dunia, padahal udah ada di depan mata. Harus LDR-an dulu padahal yang deket kita malah esok jadi jodoh kita. Haha unik memang. Btw Lis, fiksinya keren ikih \o/
BalasHapusbetul, Nof. cara setiap orang bertemu jodohnya emang beda-beda dan unik :3
Hapusbtw, ini sebenarnya bukan fiksi :D
Cinta bukan kalimat gombal <-- tapi sekarang kok banyak yang jadiin gombalan gitu ya. Seperti, bapak kamu adeknya monyet ya? Gitu!
BalasHapusaduh, Rob. gombalan kamu gak banget -_-
HapusDiksinyaaaa.. pengen bisa juga :(
BalasHapuskalo cinta bukan kalimat gombal, Berarti yang ngegombal bukan cinta dong (?)
iya, setuju
Hapusayo belajar bareng :))
Hapusbiasanya gombal itu omong kosong kan? berarti yang gombal bisa jadi bukan cinta :)
Kya kyaaa Tere Liye kyaaaa *salah fokus*. Melted banget abis baca bukunya yang "Bumi". Bukan karena so sweet, tapi imajinasinya keren banget. :'')
BalasHapusJadi penasaran salah Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah, boleh nih dicobain baca :D
aku malah belum beli -_- masukin daftar list buku yang pengen dibeli jika sudah punya duit deh :D
Hapusboleh, Meg. kereeen banget bukunya hihiw
itu buku recommended ya Kak? Belum pernah baca Tere Liye yang itu,sih.
BalasHapusHahaha, aku jadi keinget awal-awalnya aku kira Tere Liye itu cewek,lho. hehehe..
salam kenal ya, aku ada kado nih buat kamu. Buka di link bawah ini ya :)
http://magical-koinouta.blogspot.com/2014/07/got-liebster-award.html
yes, recommended banget kl menurutku hehe
Hapuswaaah makasih yaaa kadonya :))